Rabu, 05 Oktober 2011

Perkembangan Ekosistem

Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terj... thumbnail 1 summary
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.  


Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.


Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.
Perlu juga kita ketahui beberapa keadaan yang mungkin saja terjadi akibat perubahan ekosistem, berikut ini sekilas penjelasan salah satu contohnya :

Apa yang akan terjadi senadainya terjadi perubahan pada suatu ekosistem? apakah mempunyai pengaruh terhadap perubahan iklim?

Salah satu penelitian yang mempelajari hal ini adalah Jaringan global FLUXNET yang menyediakan data siklus fluks karbon ekosistem netto untuk berbagai tipe iklim dan bioma. Mengkombinasikan data fluks eddy musiman, data konsentrasi CO2 di atmosfer dan data satelit yang menunjukkan indeks kehijauan ternyata menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan mengenai siklus karbon. Meningkatnya suhu di belahan bumi bagian utara akan mengakibatkan memanjangnya musim tanam yang bebas salju dan membantu mempertinggi fotosintesis pada musim semi. Akan tetapi, meningkatnya suhu ini jga mengakibatkan tingginya respirasi pada musim gugur yang pada akhirnya akan membatalkan tambahan netto pada carbon-sink daratan tahunan.

Hasil penelitian FLUXNET juga menunjukkan bahwa gangguan pada suatu ekosistem merupakan mekanisme utama yang merubah ekosistem dari penyerap karbon (carbon sink) menjadi pelepas karbon (carbon source). Gangguan seperti kebakaran mampu merubah neraca energi, air dan karbon pada suatu lahan secara dramatis dan kadang dalam waktu yang singkat. pada daerah tropis, ladang dan lahan rumput biasanya dibakar untuk menghilangkan tanaman yang tidak diinginkan dan menstimulasi tumbuhnya tanaman yang baru. Pembakaran, pertama2 akan melepaskan karbon ke atmosfer dan kemudian akan mengurangi albedo (ket: albedo adalah perbandingan antara radiasi yang dipantulkan dengan yang diterima pada suatu permukaan) suatu permukaan dari 15-20% menjadi kurang lebih 4%. Permukaan yang menjadi hitam akan menyerap lebih banyak energi matahari. Sebagai akibatnya suhu permukaan pada tengah hari akan dengan mudah mencapai 50 degC. Secara global kebakaran diprediksi mencapai 3-4,5 juta km2 per tahun, kurang lebih 4% dari permukaan lahan yang bervegetasi) dan melepaskan 2 – 3 Pg karbon ke atmosfer secara tahunan, dan ini ekuivalen dengan 30% dari emisi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Badai angin dan serangan hama serangga pada suatu ekosistem juga berpengaruh terhadap perubahan sklus karbon. Walaupun kedua gangguan ekosistem ini tidak merubah albedo permukaan secara dramatis, keduanya akan mengakibatkan perubahan dari penyerap karbon saat masih menjadi pohon mati kemudian mati dan akhirnya akan melepaskan karbon ke udara. pada 2005, badai katrina menghancurkan kurang lebih 320 juta phon di bagian tenggara Amerika; yang mengakibatkan pelepasan karbon ke atmosfer setara dengan 0,1 Pg. Serangan hama pada th 1999 di British Columbia mengakibatkan  kurang lebih 470.000 km2 hutan berubah dari penyerap karbon menjadi pelepas karbon dari pepohon yang mati krn hama tersebut.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

komentar anda sangat berarti bagiperkembangan blog kami ini.